Suasana di Halte Bus Trans Jakarta
Dukuh Atas pada sore
menjelang petang saat itu penuh sesak orang. Antrian panjang mengekor untuk jurusan
Pulogadung dan Ragunan. Semua orang berjalan cepat, suara-suara langkah kaki terdengar
membentuk sebuah irama. Ada beberapa orang yang sengaja mengambil gambar
antrian panjang itu dengan kamera handphonenya. Biasanya untuk di update di media sosial seperti Instagram, Path, Twitter dan lainnya. Aku pun
ikut mengantri. Ada sedikit perasaan kesal karena lamanya mengantri dan aku
memang sangat lelah hari itu. Belum lagi aku harus transit di halte Matraman
kemudian lanjut ke jurusan Ancol untuk turun di halte Kramat Sentiong NU. Apa boleh
buat, harus kuteruskan perjuanganku untuk pulang. Aku harus sabar mengantri.
Bunyi
lagu Mother SEAMO mengalun dari handphone ku, ku lihat layar HP dan nama
Solusi Kak Danti berkedip-kedip. Aku berpikir sejenak sebelum menerima
panggilan dari Kak Danti. Ada apa dia sampai menelepon, pastilah penting. Segera
ku geser simbol telepon warna hijau di layar HP. Ternyata Kak Danti meminta ku
untuk mengajar les Matematika di Bimbel (Bimbingan Belajar) Solusi besok.
Dengan sopan ku jawab bahwa aku tidak bisa karena masih kuliah sampai sore. Kak
Danti masih merayu agar aku bisa mengajar satu kelas untuk sore besok karena
kekurangan Tutor. Aku pun meminta maaf ke Kak Danti karena memang jadwal kuliah
yang padat dan biasanya jam 19.00 baru sampai rumah. Akhirnya Kak Danti
menyerah dan sebelum pembicaraan kami berakhir, dia berpesan “Ibu Ahli Gizi
sibuk yaa sekarang, nanti kalau Kak Ayu ada waktu luang, kabarin aku yaa”.
Tanpa berpikir panjang, aku segera mengiyakan karena Bus arah ke Pulogadung
sudah ada.
Aku
segera masuk ke bus yang telah penuh sesak dengan penumpang lainnya. Karena
banyaknya orang yang juga ingin masuk, hampir saja aku terjatuh di pintu masuk
bus. Huuh selalu begini, tulang-tulangku rasanya rontok setelah berdesakan. Aku
langsung meraih pegangan tangan di bus itu sambil masih memegang HP. Bau parfum
bercampur keringat langsung menyebar di dalam bus. Beberapa penumpang yang
beruntung bisa duduk manis malahan sudah memejamkam mata. Mungkin mereka lelah.
Beberapa penumpang lainnya ada yang asyik dengan gadgetnya, ada yang membaca
buku, ada yang sudah asyik mengobrol dengan temannya, dan ada juga yang berdiri
diam mematung. Aku memilih diam sambil melihat macetnya jalan dari kaca jendela
bus.
“Gue
nggak mau jadi robot, gue nggak menikmati pekerjaan gue yang sekarang”, ucap
seorang wanita yang duduk tepat di depan tempatku berdiri di dalam bus.
Sepertinya dia seorang karyawati, pikirku.
“Kenapa?”
tanya teman yang duduk di sampingnya.
“Yaa
capek pokoknya, rutinitas aja, bosen jadinya, kerja berangkat pagi-pagi buta,
pulang malem, capek. Nggak semangat, bukan passion
gue kerja di tempat ini”, lanjut wanita itu dengan nada sedikit tinggi.
Kata-kata
wanita di bus Trans Jakarta tadi terngiang-ngiang di telinga ku . Sampai-sampai
aku jadi tidak fokus dan malas untuk mengerjakan tugas mata kuliah Kuliner
Dasar malam itu. Bukankah aku juga merasa seperti robot, berangkat petang
pulang petang. Sering telat masuk kelas, belajar di kelas, praktik di laboratorium, ada tugas,
ujian semester. Membosankan rasanya karena kuliah di gizi bukan 100% kemauan dan pilihanku
sendiri. Dan parahnya lagi, beberapa dosen sudah mengenaliku
karena aku sering mengantuk dan ketiduran di kelas saat dosen menjelaskan
materinya.
Aku bertanya-tanya apakah memang
aku minat dengan bidang gizi.
Sampai detik ini pun aku masih tidak percaya kalau aku adalah seorang
mahasisiwi jurusan Gizi. Karena memang tidak terlintas sedikit pun sewaktu
sekolah kalau aku akhirnya mengambil jurusan Gizi. Sewaktu SD dulu aku ingin
menjadi seorang guru. Lalu sewaktu SMP sampai SMA aku selalu mengatakan bahwa
aku ingin menjadi seorang dokter. Apalagi saat awal aku kelas XII SMA, Ketua
Yayasan dimana aku tinggal di asrama di
Jakarta mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadapku agar aku masuk jurusan
Kedokteran Universitas Indonesia. Awalnya aku semangat dan optimis kalau aku
bisa masuk Kedokteran UI. Tapi setelah kupikir-pikir, dengan kelemahan
hafalanku yang lemah untuk menghafal atau mengingat mata pelajaran seperti
Biologi, aku pun sadar diri bahwa aku akan lama dan susah nantinya jika belajar
ilmu Kedokteran yang pastinya lebih sulit dari Biologi.
Saat
hampir mendekati Ujian Nasional, aku makin yakin kalau aku suka sekali belajar
Matematika. Walaupun sebagian besar mengaggap jika Matematika itu susah, dan
jika aku kesulitan mengerjakan soal, aku selalu semangat dan sebisa mungkin
memecahkan soal tersebut. Sampai-sampai aku lupa makan, lupa istirahat kalau sudah
berkutat dengan Matematika. Dengan percaya diri aku memutuskan mengambil
jurusan FMIPA Matematika ITB, FMIPA Kimia ITB, Matematika UI, dan pilihan
terakhir Ilmu Gizi UI. Takdir mengatakan lain, aku sudah belajar semaksimal mungkin,
tapi tidak lolos SNMPTN. SIMAK UI pun gagal. Dan aku yakin ini skenario terbaik
dari Allah, aku lolos Tes Sipenmaru Poltekkes Kementerian Kesehatan Jakarta II
Jurusan D4 Gizi.
Ku
tutup buku Kuliner Dasar warna oranye itu dan aku menyalakan laptop. Pikiranku
menari-nari. Bingung mau mengerjakan tugas kuliah yang mana dulu karena terlalu
banyak tugas kuliah. Bosan, jenuh rasanya. Bukannya mengerjakan tugas, aku
malah log in akun facebook ku. Dan aku mengetikkan sebuah kalimat ‘Ternyata
buat menu yang bergizi dan seimbang itu susah L’. Beberapa detik setelah aku
mengupdate status di facebook, ada yang menyukai statusku (like). Tak lama, ada
notification masuk dan ternyata
saudara sepupuku, Mbak Lia, mengomentari statusku, katanya ‘Ayu pasti bisa, kalau nggak bisa bukan Ayu
namanya. Semangaat !! J’.
Iya,
pasti aku bisa. Aku menyemangati diriku sendiri setelah Mbak Lia menyemangatiku
lewat comment-nya. Ku bayangkan
wajah-wajah mama, papa, kakak, adik, semua keluargaku. Teringat Mama yang
selalu mendoakanku. Mama yang selalu berdoa untuk kesuksesanku. Mama yang
selalu mnyemangatiku saat aku jatuh, saat aku gagal SNMPTN dan tes-tes lainnya.
Mama yang menenangkan kegalauanku. Mama selalu mengatakan itu jalan yang
terbaik dari Allah untukku. Dan aku selalu tersenyum setiap melihat contact nomor HP ku di save mama dengan nama Ayu Kristiningrum,
S.Gz.. Oh mama, terimakasih telah
menjadi pelita di hidupku. Mama, Mbak Leny, adikku Nita selalu memberiku
semangat dan memberiku solusi juga aku sudah mulai mengeluh. Walaupun menjadi
Ahli Gizi bukan impian pertamaku, aku harus bisa, aku pasti bisa meraih
mimpi-mimpiku. Aku ingin membuat mereka semua bangga. Aku ingin mama bangga dan bahagia. Dan aku yakin 4 tahun ke depan, gelar Sarjana
Gizi yang disematkan mama akan menjadi sebuah kenyataan, Ayu Kristiningrum, S.Tr. Gz., Aamiin.
Ku raih sebuah buku catatan
bercover sepasang sepatu yang bertuliskan “Gerakan 101 Sepatu Sekolah untuk Anak Yatim”
. Buku itu kudapatkan karena aku menjadi panitia acara itu. Aku jadi kangen dengan Kak Lucky Bagus. Beliau adalah Jajaka Bandung 2011 dan
motivator yang mengisi acara itu. Aku kagum sekaligus iri padanya. Hanya beda
umur 2 tahun tapi sudah sukses dengan sederet prestasinya yang luar biasa. Sekarang
Kak Lucky menempuh S2 nya di Universitas Marmara, di Turkey. Beliau mendapatkan
beasiswa dari Universitas Bakrie. Sebelumnya aku mengenal Kak Lucky pada acara
sosial dan beliau juga
yang menjadi motivator di acara sosial itu.
Semoga aku segera menyusul Kak Lucky. Kak Lucky bahkan berjanji akan
membantu memberikan info dan jalan agar aku bisa lanjut S2 ke luar negeri. Aku
semakin yakin kalau mimpi-mimpiku pasti bisa terwujud juga.
“Saya janji akan bantu supaya bisa
lanjut ke luar negeri. Sekarang banyak kok beasiswa ke luar negeri. Yang
penting Bahasa Inggrisnya harus bagus”, ucapnya saat selesai acara syukuran
sebelum beliau berangkat ke Turkey.
Aku membuka buku catatan itu dan tersenyum
membaca tulisanku sendiri. Ada semangat yang membara lagi. Tapi ada sedikit
rasa takut dan kegalauan lagi saat mataku membaca tulisan impian ‘Menjadi Menteri Kesehatan Indonesia’. Sebuah
impian besar untuk negeri yang sangat kucintai ini. Aku ingin anak-anak
Indonesia bebas dari masalah gizi
buruk, memecahkan masalah-masalah
gizi dan kesehatan lainnya, rakyat Indonesia harus “Melek Gizi”, dan ingin memajukan
Indonesia yang sehat, hebat dan berprestasi yang berawal dari gizi. Yaa Allah,
ridhoilah impian Ayu dan bantulah Ayu untuk meraihnya, Aamiin, doaku dalam
hati.
Beberapa
teman yang sekamar denganku di asrama itu bertanya apa aku masih mengerjakan
tugas karena aku masih asyik di meja belajarku. Ku jawab bahwa aku belum ingin
tidur. Aku segera merapikan meja belajarku dan keluar kamar untuk mencuci muka
dan menggosok gigi. Dinginnya air menembus pori-pori wajahku, aku merasa
lebih fresh. Sebelum tidur, aku mengecek HP ku kalau-kalau ada BBM, LINE, SMS, ataupun WhatsApp yang masuk. Ada notification dari WhatsApp Grup Gizi D4
2012, biasa beberapa teman menanyakan tugas kuliah.
Karena
masih belum bisa tidur, aku membuka BBM
dan membaca beberapa broadcast yang
belum sempat aku baca. Setelah itu, aku mengingat-ingat kembali kegiatanku hari
ini dari bangun pagi sampai menjelang tidur. Apakah hari ini ada yang merasa
tersakiti karenaku, apakah aku melakukan semua hal dengan baik hari ini, apakah
aku bermanfaat untuk orang lain hari ini. Lalu aku berdoa dan bersyukur untuk
hari ini kepada Allah. Bersyukur karena mempunyai empat sahabat yang selalu
mau mendengarkan curhatan kuliahku di gizi. Kak Hana, Kak Nurul, Kak Syifa, dan
Kak Tri sudah ku anggap seperti kakak kandungku sendiri. Mereka menginspirasiku
untuk mensyukuri dan mencintai apa yang sudah kita miliki. Mereka adalah teman
berbagi segala hal tentang mimpi, cinta dan cita-cita.
Skenario Allah
sangat indah. Allah kirimkan orang-orang yang luar biasa, menginspirasi dan hebat. Aku merasa beruntung bertemu
dengan kakak-kakak seperti, Kak Cokorda, Kak
Schinta, Kak Sasa, Kak Toto, Kak Lucky, Kak Aha, Kak Dewi, Kak Anita, Kak Demy, dan Kak Nadia. Dan bulan Ramadhan lalu,
Allah mempertemukan aku dengan Kak Taufan. Kak Taufan Teguh Akbari adalah seorang
penulis, mentor, motivator dan coacher. Mereka
semua menginspirasiku. Mereka selalu mendukung, membantu, menyemangatiku dan
mendoakan kesuksesanku.
Kak
Anita, seorang dokter dan Putri Pariwisata Indonesia pernah menuliskan sesuatu
untukku di sebuah kertas bufallo yang sampai sekarang tulisan di kertas itu
kutempel di dinding dekat meja belajarku. Sengaja aku pasang di dinding supaya
aku bisa melihat tulisannya dan aku selalu tersenyum, bahagia dan semangat,
selalu ada kekuatan baru setelah melihat tulisan itu.
Dan aku percaya Allah selalu
membuat skenario terbaik untukku, jalan hidupku, mimpi-mimpiku, dan orang-orang
yang mencintai mimpiku. Dan Allah akan memantaskan aku untuk menjadi seorang
Ahli Gizi yang profesional. Aamiin. Aku teringat sebuah mantra sakti ‘Man Jadda
Wajada’, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.
Semangaaat
Ayu !! Kalau Ayu mau, pasti Ayu bisa. Jangan pernah remehkan impian, walau
setinggi apapun. Allah sungguh Maha Mendengar. Ku ucapkan berkali-kali mantra itu
sampai aku tertidur dan mungkin sudah berada di dimensi yang berbeda, di alam
mimpi. Mimpi yang membuatku berbeda dengan makhluk lainnya. Mimpi yang membuat
bahwa aku bukan hanya seonggok daging yang punya nama. Mimpi yang membuatku
semangat. Mimpi yang membuat aku lebih mencintai hidupku dan aku selalu
menghargai waktu setiap saat. Mimpi yang membuat aku bisa membahagiakan dan
membuat bangga orang –orang yang selalu berdoa dan mencintai mimpi-mimpiku. Dan
karena mereka, aku pun mencintai mimpi-mimpiku dan aku akan memperjuangkannya.
#TerbitkanMimpimu Batch 3 Project
Ayu Kristiningrum |27 September 2014
Ayu Kristiningrum |27 September 2014
Salam On Fire,
@risanayu
@risanayu