Jumat, 25 Maret 2016

Mereka Yang Mencintai Mimpiku


Suasana di Halte Bus Trans Jakarta Dukuh Atas pada sore menjelang petang saat itu penuh sesak orang. Antrian panjang mengekor untuk jurusan Pulogadung dan Ragunan. Semua orang berjalan cepat, suara-suara langkah kaki terdengar membentuk sebuah irama. Ada beberapa orang yang sengaja mengambil gambar antrian panjang itu dengan kamera handphonenya. Biasanya untuk di update di media sosial seperti  Instagram, Path, Twitter dan lainnya. Aku pun ikut mengantri. Ada sedikit perasaan kesal karena lamanya mengantri dan aku memang sangat lelah hari itu. Belum lagi aku harus transit di halte Matraman kemudian lanjut ke jurusan Ancol untuk turun di halte Kramat Sentiong NU. Apa boleh buat, harus kuteruskan perjuanganku untuk pulang. Aku harus sabar mengantri.
            Bunyi lagu Mother SEAMO mengalun dari handphone ku, ku lihat layar HP dan nama Solusi Kak Danti berkedip-kedip. Aku berpikir sejenak sebelum menerima panggilan dari Kak Danti. Ada apa dia sampai menelepon, pastilah penting. Segera ku geser simbol telepon warna hijau di layar HP. Ternyata Kak Danti meminta ku untuk mengajar les Matematika di Bimbel (Bimbingan Belajar) Solusi besok. Dengan sopan ku jawab bahwa aku tidak bisa karena masih kuliah sampai sore. Kak Danti masih merayu agar aku bisa mengajar satu kelas untuk sore besok karena kekurangan Tutor. Aku pun meminta maaf ke Kak Danti karena memang jadwal kuliah yang padat dan biasanya jam 19.00 baru sampai rumah. Akhirnya Kak Danti menyerah dan sebelum pembicaraan kami berakhir, dia berpesan “Ibu Ahli Gizi sibuk yaa sekarang, nanti kalau Kak Ayu ada waktu luang, kabarin aku yaa”. Tanpa berpikir panjang, aku segera mengiyakan karena Bus arah ke Pulogadung sudah ada.
            Aku segera masuk ke bus yang telah penuh sesak dengan penumpang lainnya. Karena banyaknya orang yang juga ingin masuk, hampir saja aku terjatuh di pintu masuk bus. Huuh selalu begini, tulang-tulangku rasanya rontok setelah berdesakan. Aku langsung meraih pegangan tangan di bus itu sambil masih memegang HP. Bau parfum bercampur keringat langsung menyebar di dalam bus. Beberapa penumpang yang beruntung bisa duduk manis malahan sudah memejamkam mata. Mungkin mereka lelah. Beberapa penumpang lainnya ada yang asyik dengan gadgetnya, ada yang membaca buku, ada yang sudah asyik mengobrol dengan temannya, dan ada juga yang berdiri diam mematung. Aku memilih diam sambil melihat macetnya jalan dari kaca jendela bus.
            “Gue nggak mau jadi robot, gue nggak menikmati pekerjaan gue yang sekarang”, ucap seorang wanita yang duduk tepat di depan tempatku berdiri di dalam bus. Sepertinya dia seorang karyawati, pikirku.
            “Kenapa?” tanya teman yang duduk di sampingnya.
            “Yaa capek pokoknya, rutinitas aja, bosen jadinya, kerja berangkat pagi-pagi buta, pulang malem, capek. Nggak semangat, bukan passion gue kerja di tempat ini”, lanjut wanita itu dengan nada sedikit tinggi.
            Kata-kata wanita di bus Trans Jakarta tadi terngiang-ngiang di telinga ku . Sampai-sampai aku jadi tidak fokus dan malas untuk mengerjakan tugas mata kuliah Kuliner Dasar malam itu. Bukankah aku juga merasa seperti robot, berangkat petang pulang petang. Sering telat masuk kelas, belajar di kelas, praktik di laboratorium, ada tugas, ujian semester. Membosankan rasanya karena kuliah di gizi bukan 100% kemauan dan pilihanku sendiri.  Dan parahnya lagi, beberapa dosen sudah mengenaliku karena aku sering mengantuk dan ketiduran di kelas saat dosen menjelaskan materinya.
Aku bertanya-tanya apakah memang aku minat dengan bidang gizi. Sampai detik ini pun aku masih tidak percaya kalau aku adalah seorang mahasisiwi jurusan Gizi. Karena memang tidak terlintas sedikit pun sewaktu sekolah kalau aku akhirnya mengambil jurusan Gizi. Sewaktu SD dulu aku ingin menjadi seorang guru. Lalu sewaktu SMP sampai SMA aku selalu mengatakan bahwa aku ingin menjadi seorang dokter. Apalagi saat awal aku kelas XII SMA, Ketua Yayasan dimana aku tinggal di asrama  di Jakarta mempunyai ekspektasi yang tinggi terhadapku agar aku masuk jurusan Kedokteran Universitas Indonesia. Awalnya aku semangat dan optimis kalau aku bisa masuk Kedokteran UI. Tapi setelah kupikir-pikir, dengan kelemahan hafalanku yang lemah untuk menghafal atau mengingat mata pelajaran seperti Biologi, aku pun sadar diri bahwa aku akan lama dan susah nantinya jika belajar ilmu Kedokteran yang pastinya lebih sulit dari Biologi.
            Saat hampir mendekati Ujian Nasional, aku makin yakin kalau aku suka sekali belajar Matematika. Walaupun sebagian besar mengaggap jika Matematika itu susah, dan jika aku kesulitan mengerjakan soal, aku selalu semangat dan sebisa mungkin memecahkan soal tersebut. Sampai-sampai aku lupa makan, lupa istirahat kalau sudah berkutat dengan Matematika. Dengan percaya diri aku memutuskan mengambil jurusan FMIPA Matematika ITB, FMIPA Kimia ITB, Matematika UI, dan pilihan terakhir Ilmu Gizi UI. Takdir mengatakan lain, aku sudah belajar semaksimal mungkin, tapi tidak lolos SNMPTN. SIMAK UI pun gagal. Dan aku yakin ini skenario terbaik dari Allah, aku lolos Tes Sipenmaru Poltekkes Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan D4 Gizi.
            Ku tutup buku Kuliner Dasar warna oranye itu dan aku menyalakan laptop. Pikiranku menari-nari. Bingung mau mengerjakan tugas kuliah yang mana dulu karena terlalu banyak tugas kuliah. Bosan, jenuh rasanya. Bukannya mengerjakan tugas, aku malah log in akun facebook ku. Dan aku mengetikkan sebuah kalimat ‘Ternyata buat menu yang bergizi dan seimbang itu susah L’. Beberapa detik setelah aku mengupdate status di facebook, ada yang menyukai statusku (like). Tak lama, ada notification masuk dan ternyata saudara sepupuku, Mbak Lia, mengomentari statusku, katanya ‘Ayu pasti bisa, kalau nggak bisa bukan Ayu namanya. Semangaat !! J’.
            Iya, pasti aku bisa. Aku menyemangati diriku sendiri setelah Mbak Lia menyemangatiku lewat comment-nya. Ku bayangkan wajah-wajah mama, papa, kakak, adik, semua keluargaku. Teringat Mama yang selalu mendoakanku. Mama yang selalu berdoa untuk kesuksesanku. Mama yang selalu mnyemangatiku saat aku jatuh, saat aku gagal SNMPTN dan tes-tes lainnya. Mama yang menenangkan kegalauanku. Mama selalu mengatakan itu jalan yang terbaik dari Allah untukku. Dan aku selalu tersenyum setiap melihat contact nomor HP ku di save mama dengan nama Ayu Kristiningrum, S.Gz.. Oh mama, terimakasih telah menjadi pelita di hidupku. Mama, Mbak Leny, adikku Nita selalu memberiku semangat dan memberiku solusi juga aku sudah mulai mengeluh. Walaupun menjadi Ahli Gizi bukan impian pertamaku, aku harus bisa, aku pasti bisa meraih mimpi-mimpiku. Aku ingin membuat mereka semua bangga. Aku ingin  mama bangga dan bahagia.  Dan aku yakin 4 tahun ke depan, gelar Sarjana Gizi yang disematkan mama akan menjadi sebuah kenyataan, Ayu Kristiningrum, S.Tr. Gz., Aamiin.
Ku raih sebuah buku catatan bercover sepasang sepatu yang bertuliskan  “Gerakan 101 Sepatu Sekolah untuk Anak Yatim” . Buku itu kudapatkan karena aku menjadi panitia acara itu. Aku jadi kangen dengan Kak Lucky Bagus. Beliau adalah Jajaka Bandung 2011 dan motivator yang mengisi acara itu. Aku kagum sekaligus iri padanya. Hanya beda umur 2 tahun tapi sudah sukses dengan sederet prestasinya yang luar biasa. Sekarang Kak Lucky menempuh S2 nya di Universitas Marmara, di Turkey. Beliau mendapatkan beasiswa dari Universitas Bakrie. Sebelumnya aku mengenal Kak Lucky pada acara sosial dan beliau juga yang menjadi motivator di acara sosial itu.  Semoga aku segera menyusul Kak Lucky. Kak Lucky bahkan berjanji akan membantu memberikan info dan jalan agar aku bisa lanjut S2 ke luar negeri. Aku semakin yakin kalau mimpi-mimpiku pasti bisa terwujud juga.
“Saya janji akan bantu supaya bisa lanjut ke luar negeri. Sekarang banyak kok beasiswa ke luar negeri. Yang penting Bahasa Inggrisnya harus bagus”, ucapnya saat selesai acara syukuran sebelum beliau berangkat ke Turkey.
Aku membuka buku catatan itu dan tersenyum membaca tulisanku sendiri. Ada semangat yang membara lagi. Tapi ada sedikit rasa takut dan kegalauan lagi saat mataku membaca tulisan impian  ‘Menjadi Menteri Kesehatan Indonesia’. Sebuah impian besar untuk negeri yang sangat kucintai ini. Aku ingin anak-anak Indonesia bebas dari masalah gizi buruk, memecahkan masalah-masalah gizi dan kesehatan lainnya, rakyat Indonesia harus “Melek Gizi”, dan ingin memajukan Indonesia yang sehat, hebat dan berprestasi yang berawal dari gizi. Yaa Allah, ridhoilah impian Ayu dan bantulah Ayu untuk meraihnya, Aamiin, doaku dalam hati.
            Beberapa teman yang sekamar denganku di asrama itu bertanya apa aku masih mengerjakan tugas karena aku masih asyik di meja belajarku. Ku jawab bahwa aku belum ingin tidur. Aku segera merapikan meja belajarku dan keluar kamar untuk mencuci muka dan menggosok gigi.  Dinginnya air menembus pori-pori wajahku, aku merasa lebih fresh. Sebelum tidur, aku mengecek HP ku kalau-kalau ada BBM, LINE, SMS, ataupun WhatsApp yang masuk. Ada notification dari WhatsApp Grup Gizi D4 2012, biasa beberapa teman menanyakan tugas kuliah.
            Karena masih belum bisa tidur, aku membuka BBM dan membaca beberapa broadcast yang belum sempat aku baca. Setelah itu, aku mengingat-ingat kembali kegiatanku hari ini dari bangun pagi sampai menjelang tidur. Apakah hari ini ada yang merasa tersakiti karenaku, apakah aku melakukan semua hal dengan baik hari ini, apakah aku bermanfaat untuk orang lain hari ini. Lalu aku berdoa dan bersyukur untuk hari ini kepada Allah. Bersyukur karena mempunyai empat sahabat yang selalu mau mendengarkan curhatan kuliahku di gizi. Kak Hana, Kak Nurul, Kak Syifa, dan Kak Tri sudah ku anggap seperti kakak kandungku sendiri. Mereka menginspirasiku untuk mensyukuri dan mencintai apa yang sudah kita miliki. Mereka adalah teman berbagi segala hal tentang mimpi, cinta dan cita-cita.
Skenario Allah sangat indah. Allah kirimkan orang-orang yang luar biasa, menginspirasi dan hebat. Aku merasa beruntung bertemu dengan kakak-kakak seperti, Kak Cokorda, Kak Schinta, Kak Sasa, Kak Toto, Kak Lucky, Kak Aha, Kak Dewi, Kak Anita, Kak Demy, dan Kak Nadia. Dan bulan Ramadhan lalu, Allah mempertemukan aku dengan Kak Taufan. Kak Taufan Teguh Akbari adalah seorang penulis, mentor, motivator  dan coacher. Mereka semua menginspirasiku. Mereka selalu mendukung, membantu, menyemangatiku dan mendoakan kesuksesanku.
            Kak Anita, seorang dokter dan Putri Pariwisata Indonesia pernah menuliskan sesuatu untukku di sebuah kertas bufallo yang sampai sekarang tulisan di kertas itu kutempel di dinding dekat meja belajarku. Sengaja aku pasang di dinding supaya aku bisa melihat tulisannya dan aku selalu tersenyum, bahagia dan semangat, selalu ada kekuatan baru setelah melihat tulisan itu.


Dan aku percaya Allah selalu membuat skenario terbaik untukku, jalan hidupku, mimpi-mimpiku, dan orang-orang yang mencintai mimpiku. Dan Allah akan memantaskan aku untuk menjadi seorang Ahli Gizi yang profesional. Aamiin. Aku teringat sebuah mantra sakti ‘Man Jadda Wajada’, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.  
            Semangaaat Ayu !! Kalau Ayu mau, pasti Ayu bisa. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apapun. Allah sungguh Maha Mendengar. Ku ucapkan berkali-kali mantra itu sampai aku tertidur dan mungkin sudah berada di dimensi yang berbeda, di alam mimpi. Mimpi yang membuatku berbeda dengan makhluk lainnya. Mimpi yang membuat bahwa aku bukan hanya seonggok daging yang punya nama. Mimpi yang membuatku semangat. Mimpi yang membuat aku lebih mencintai hidupku dan aku selalu menghargai waktu setiap saat. Mimpi yang membuat aku bisa membahagiakan dan membuat bangga orang –orang yang selalu berdoa dan mencintai mimpi-mimpiku. Dan karena mereka, aku pun mencintai mimpi-mimpiku dan aku akan memperjuangkannya. 



 #TerbitkanMimpimu Batch 3 Project 
Ayu Kristiningrum |27 September 2014




     Salam On Fire,
     @risanayu